pompa unit ( pumping unit )
PENDAHULUAN
Metoda pemakaian Pompa Angguk
atau Sucker Rod Pump (SRP) digunakan apabila suatu sumur minyak sudah tidak
dapat lagi mengangkat fluida dari dasar sumur ke atas permukaan secara sembur
alam, atau dengan menggunakan metoda yang lain misalnya gas lift tidak memenuhi
persyaratan.
Dalam hal ini yang demikian
energi dari reservoir hanyalah digunakan untuk mengalirkan fluida
dari reservoir ke lubang sumur dan permukaan cairan naik dalam lubang sumur
tidak sampai permukaan, sehingga perlu dilakukan pengangkatan buatan
(artificial lift).
Maka dengan demikian perlu
dipikirkan untuk mengeluarkan fluida sumur tersebut dengan menggunakan
tenaga pengangkatan buatan ( artificial lift methods).
Metode Pengangkatan (Lifting
Methods):
1. Natural Flow (Sembur Alam)
2. Pengangkatan Buatan
(Artificial Lift)
a. Gas Lift (Sembur Buatan)
b. Pumping (Pompa)
Adapun jenis pompa banyak
macamnya diantaranya adalah:
Ø Sucker Rod Pumping (SRP)
Ø Electric Submersible Pump (ESP)
Ø Hydraulic
Pump
Ø Pogressive Cavity Pump
(PCP)
Pompa Angguk atau Sucker rod pump adalah sistem pompa
yang paling banyak digunakan didunia. Sekitar 90 % dari semua sumur pompa
(500.000) di USA menggunakan artificial lift, dan 85 % adalah SRP.
Keuntungan dan Kerugian Pompa Sucker Rod
Kelebihan Pompa Sucker Rod adalah :
1. Tidak mudah rusak.
2. Mudah diperbaiki di lapangan.
3. Fleksibel terhadap laju
produksi, jenis fluida dan kecepatan bisa diatur.
4. Keahlian
orang di lapangan sangat baik.
5. Dari jauh akan terlihat tidak
ada gerakan kalau pompa mati.
6. Harganya relatif murah.
Sedangkan kekurangan Pompa Sucker Rod adalah
:
1. Berat dan
butuh tempat luas, transportasi sulit.
2. Tidak baik untuk sumur miring /
off shore.
3. Butuh unit besar sekali untuk
laju produksi besar dan sumur dalam.
I. SUCKER ROD PUMPING
(SRP)
Pengoperasian
Pumping Unit (Sucker Rod Pump) merupakan salah satu teknik
pengangkatan buatan yang digunakan untuk membantu mengangkat minyak dari
dasar sumur ke permukaan tanah sampai ke tanki penampungan.
Prinsip kerja Pumping Unit yaitu mengubah
gerak rotasi dari Prime Mover menjadi gerak naik turun oleh sistem Pitman
Crank Assembly, kemudian gerak naik turun ini melalui walking beam di
teruskan ke Horse Head di jadikan gerak lurus naik turun (Up Stroke dan
Down Stroke) untuk menggerakan plunger pompa melalui rangkaian rod
(rod string).
Dengan demikian minyak terpompa dari dasar sumur ke permukaan.
Peralatan sucker rod pumping terdiri dari :
1. Peralatan diatas
permukaan yang ( Pumping Unit ) secara garis besar terdiri:
1. Prime mover (mesin
penggerak)
2. Gear reducer
3. Beam pumping
2. Peralatan bawah
permukaan, terdiri:
1. Pipa tubing
2. Rod string
(rangkaian rod)
3. Pompa (Sub surface pump)
2. BEAM TYPE PUMPING UNIT
Beam Type Pumping Unit atau Sucker Rod Pump merupakan
salah satu metode pengangkatan buatan (artificial lift) yang telah digunakan
secara meluas pada lapangan minyak. Peralatan ini yang dapat memberikan gerakan
turun naik (reciprocating motion) kepada rod string yang dihubungkan ke
positive displacement pump dalam sumur minyak.
Perbaikan dari metoda ini, seperti yang dapat dilihat
keadaan sekarang, terus dilakukan oleh para ahli agar ia bisa lebih
efisien .
Perbaikan dilakukan pada seluruh bahagian Bearn Pumping
Unit terutama pada heavy duty speed reducer.
2.1. MACAM-MACAM BEAM TYPE PUMPING UNIT.
Menurut standar American
Petroleum Institue (API). Pumping Unit dapat dibedakan ada tiga macam
sbb:
a. Standard atau Conventional Type.
Pada tipe ini samson post
menopang walking beam pada bahagian tengah. Pumping Unit tipe ini paling
banyak dipakai pada industri perminyakan dan tersedia dalam bermacam-macam
ukuran (ada yang mencapai 100 Horse Power).
Conventional type ini ada 2
(dua) bagian:
1. Crank Counter Balance System; dimana counter weight dipasang pada crank.
2. Beam Counter Balance System; dimana balancing load ( counter weight )
dipasang pada walking beam.
b. Low Torque Unit ( Mark
II unitorque pumping unit )
Pada tipe ini, samson post
menopang walking beam pada bahagian ujung belakang. Pada ukuran kerangka
yang sama, biasanya unit ini membutuhkan Horse Power yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan conventional type.
Ia banyak dipakai untuk
sumur-sumur minyak yang dalam dan produksi besar. Ukuran yang tersedia
tidak bervariasi banyak dengan terbesar sampai mencapai 125 Horse Power.
c. Air Balance Unit
Pada tipe ini tabung udara yang
bertekanan digunakan sebagai pengganti counter weight. Pumping Unit
ini lebih
kecil dan ringan dari tipe unit yang lain dan diperlengkapi dengan air
compressor. Ukuran yang dibuat terbatas, tetapi ada yang mencapai 150
Horse Power.
Disain di atas diperlukan agar polished rod tetap dapat bergerak
naik turun secara vertical tanpa ada gesekan yang besar dalam stuffing
box.
Walking beam ditopang oleh samson Post di
dekat titik beratnya. Gerakan mesin yang diberikan oleh crank diteruskan ke
walking beam melalui Pitman.
Panjang langkah polished rod (PRSL = Polished Rod Stroke Lenght)
di tentukan oleh jarak dari pitman bearing ke crank shaff .
Umumnya ada 3 (tiga) posisi atau lebih untuk mengatur PRSL tsb.
Counter balance (counter weight) sebagai penyeimbang beban saat naik
dan saat turun.
Pada saat ke bawah tidak ada beban cairan, pumping unit dibebani
oleh counter balance. Sehingga pada waktu upstroke maupun down stroke beban
pada pumping unit harus tetap (balance).
Bila beban ke atas dan ke bawah ini tidak balance, maka pumping
unit dan mesin penggerak akan cepat rusak.
API telah membuat standarisasi kode Pumping Unit :
C
- 160D - 173 -
64
(1)
(2)
(3) (4)
Artinya:
(1)
: A = Air Balance
B = Beam Counter Balance
C = Conventional
M = Mark II.
(2)
: 160 = Peak torque rating, dalam ribuan
In-lb
D = Double reduction gear reducer
(3)
: 173 = Polished rod rating, dalam ratusan
lb
(4)
: 64 = Panjang langkah (stroke)
maximum, in
(panjang langkah yang lain 54 in dan 48 in )
2.2. BAGIAN-BAGIAN UTAMA DARI PUMPING
UNIT.
A ¨ PERALATAN DI
PERMUKAAN.
Peralatan di atas
permukaan ini berfungsi untuk memindahkan energi dari prime mover ke pumping
unit di mana untuk selanjutnya diteruskan ke pompa bawah permukaan.
Peralatan ini juga berfungsi untuk mengubah gerak putar
menjadi gerak naik turun melalui crank, pitman, dan walking beam, sedangkan
gear reducer untuk menurunkan putaran tinggi dari prime mover menjadi rendah
sesuai dengan stroke per menit pompa.
1. Prime Mover (Motor Penggerak )
Suatu motor listrik atau gas engine dengan putaran 800 – 1200 RPM dipakai untuk
menggerakkan Pumping Unit. Untuk motor listrik pada umumnya 3-phase, 440 volt,
60 cycle. Untuk gas engine menggunakan bahan bakar gas alam. Ada juga yang menggunakan
motor dengan bahan bakar solar atau diesel.
2. Gear Reducer
Gear reducer berfungsi untuk
menurunkan RPM motor menjadi RPM sesuai SPM pompa. Didalam terdapat roda gigi
(gear) penurun RPM.
Untuk memindahakan tenaga atau energi dari prime mover ke gear reducer
digunakan V belt yang dilindungi oleh belt cover untuk pengaman.
3. Crank Arm
Crank Arm menghubungkan sumbu putaran rendah
(crank shaft) yang keluar dari gear box yang berputar 360
derajat. Lubang pada crank juga sebagai tempat kedudukan crank
pin bearing yang menghubungkan crank dengan pitman, dan tempat merubah
panjang langkah pompa. Crank Arm juga sebagai
tempat dari kedudukan counter weight.
4. Pitman
Pitman dipasang untuk
menghubungkan crank dengan walking beam,
panjang.
5. Walking Beam
Walking Beam sebagai
tempat kedudukan dari Equalizer bearing ( tail bearing ) dan dibawah ditopang
oleh saddle bearing ( center bearing) yang tetumpu pada sampson post. Ujung
depan walking beam terpasang horse head.
Walking-beam ini bersama pitman dan crank berfungsi sebagai pengubah
gerak putar menjadi gerak turun naik.
6. Horse Head
Horse-head ditempatkan diujung walking beam dengan bentuk
1/8 lingkaran agar gerakan Rod string naik turun ( reciprocating )
tetap senter dengan lubang sumur.
7. Carrier
Bar dan Wire line Hanger (Briddle)
Untuk menghubungkan horse head
dengan polished rod digunakan wire line hanger (briddle) yang dikaitkan dengan
carrier bar pada polished rod. Untuk mencegah supaya carrier bar
tidak berubah posisinya , maka ditahan oleh polished rod clamp.
Antara carrier bar dengan clamp
sering dipasang spacer untuk tempat dynamometer, guna mengukur beban pada
polished rod.
Pada ujung paling atas polished
rod dipasang polished rod eye berfungsi untuk
keperluan well service untuk mencabut polished rod, dan melindungi drad pada
ujung polished rod.
\
8. Stuffing Box.
Dipasang diatas kepala sumur (well head)
berfungsi : Sebagai pencegah atau menahan minyak agar minyak tidak menyembur
keluar bersama-sama dengan naik turunnya polished rod sehingga aliran
dapat di atur ke flow line. Didalam stuffing box terdapat packing
untuk menahan bocoran minyak.
9. Polished Rod
Polished rod atau stang putih adalah
stang penghubung antara rangkaian sucker rod di bawah
permukaan dengan perangkat pumping unit di permukaan. Polished rod diperlukan
hanya satu batang saja pada unit sucker rod pump tetapI polished
rod mempunyai kekuatan yang melebihi sucker rod karena polished
rod menahan beban maksimum seluruh rangkaian sucker rod. Polished
rod mempunyai permukaan yang licin dan
halus, terbuat dari baja keras.
Standard diameter polished rod : 1”, 1 1/8”, 1
¼”, dan 1 ½”
Panjang polished rod : 8’, 11’,
16’, dan 22’ .
10. Counter Weight
Pada crank balance pumping
unit, counter weight dipasang pada crank, sedangkan pada beam balance pumping
unit, counter wight dipasang pada ujung belakang walking beam. Counter
weight berfungsi untuk memberikan balancing beban pada pumping unit
sehingga beban pada upstroke sada dengan beban pada down stroke. Dengan
demikian beam pumping unit tidak cepat rusak.
11. Brake (Rem)
Rem berfungsi untuk mengatur
posisi horse head kalau pumping unit harus dimatikan untuk keperluan perbaikan
pada well atau pada Pumping Unit itu sendiri.
B . PERALATAN DI BAWAH
PERMUKAAN.
1). POMPA (SUB SURFACE PUMP)
Peralatan Sucker rod pumping di bawah permukaan terdiri dari
4 (empat) komponen utama, yaitu working barrel, plunger, travelling valve dan
standing valve.
Berdasarkan cara pemasangan pompa dibawah permukaan ini
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) type yaitu:
· Tubing pump.
Pada type ini working barrelnya dipasang
langsung di ujung bawah tubing, dan diturunkan bersama tubing. Bila terjadi
kerusakan pada working barrel atau standing valve maka untuk memperbaiki
keseluruhan dari tubing harus dicabut.
· Rod pump
(Insert pump).
Pada type rod pump: working barrel,
plunger, travelling valve dan standing valve merupakan satu unit kesatuan yang
dipasang langsung pada rod string, dan dijangkarkan dalam tubing .
Kapasitas pompa yang diperoleh lebih kecil
karena ukuran plunger kecil., Apabila terjadi kerusakan pada barrel atau
standing valve maka untuk memperbaiki cukup cabut rod string , dan tidak
perlu memcabut tubing.
· Komponen-komponen
pompa bawah permukaan
(sub surface pump) :
a. Working
Barrel, yaitu merupakan tabung silinder tempat naik
turunnya plunger.
b. Plunger, yaitu suatu piston
panjang yang terbuat dari metal stainless steel dan bergerak naik turun (sesuai
dengan prinsip pemompaan) yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari dasar
sumur ke kolom tubing hingga sampai ke permukaan. Plunger ada 2 macam, yakni:
Ø Metal plunger (
plain, dan grooved)
Ø Soft packed plunger (ring type, cup type,
kombinasi ring dan cup type)
Plunger mempunyai
nominal clearence antara 0,001 sampai 0,005 inchi di
dalam barrel pompa, yang biasanya ditulis 0,001 fits atau
0,005 fits. Misalnya plunger dengan diameter 2 7/8 in fits -3,
yang berarti plunger tersebut diameternya berkurang 0,003
inchi (tiga per seribu inchi).
c. Travelling valve,
yaitu katup berbentuk bola, yang bergerak membuka dan menutup dan terletak pada
plunger. Valve ini akan membuka disaat plunger bergerak turun
(down sroke), dan menutup saat upstroke
d. Standing Valve,
yaitu katup yang berbentuk bola dan terletak pada bagian bawah pompa yang
berfungsi untuk menahan fluida agar tidak turun atau keluar dari working barrel
pada waktu down stroke.
Contoh penulisan pompa bawah permukaan
menurut standar API menggunakan kode sebagai berikut :
Code
; 25 -
225 -
THC -
11 -
4 - 4
Kelompok ;
[1]
[2]
[3]
[4]
[5] [6]
Dalam bilangan angka ataupun hurup menjelaskan suatu ukuran ataupun jenis dari
perangkat pompa tersebut, seperti pada tabel di bawah ini:
Kelompok
|
Bilangan
|
Menyatakan Ukuran
|
[1]
[2]
[4]
[5]
[6]
|
25
225
11
4
4
|
Ukuran tubing, 2 7/8 in OD
Diameter pompa, 2 ¼ in
Panjang barrel pompa, 11 ft
Panjang nominal plunger, 4 ft
Panjang extention, 4 ft
|
Kelompok
|
Huruf
|
Menyatakan jenis
|
[3]
|
T
H
C
|
Jenis pompa : Tubing Type
Jenis barrel : Heavy wall barrel
Jenis seating : Cup type
|
Untuk penggunaan plunger yang
optimal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Diameter
Plunger
Rate (bbl)
1 ¼ in – 1½
in
100
1 ½ in – 1 ¾
in
200
1 ¾ in – 2
in
300
2 in – 2 ¼
in
400
2 ¼ in – 2 ½
in
500
2 ½ in – 2 ¾
in
600
2. Gas Anchor
Untuk menghindari turunnya efficiency volumetric pompa
yang diakibatkan oleh banyaknya gas yang masuk kedalam pompa, maka dipasang Gas
Anchor yang berfungsi untuk memisahkan gas dari cairan formasi sebelum fluida
masuk ke dalam pompa.
Pada pengoperasian Sucker Rod Pump di lapangan
sering terjadi gas locking, dimana pompa terkunci oleh gas yang berekspansi
saat up stroke dan terkompresi disaat down stroke. Hal ini
terjadi karena gas formasi banyak yang masuk ke dalam pompa.
3. Sucker
Rod (Batang Isap).
Energi yang ditransmisikan dari peralatan di permukaan ke bawah permukaan
melalui rangkaian sucker rod. Sucker rod adalah stang baja
yang pejal, menurut standar API mempunyai panjang 25 feet dan 30 feet.
Ukuran Sucker Rod menurut API : 5/8”, ¾”,
7/8”, 1” dan 1 1/8”.
Ujung sucker rod berupa pin-pin,
atau box-pin, untuk menyambung sucker rod untuk membentuk
rangkaian (rod string) digunakan sucker rod coupling, dan untuk
menyambung dua ukuran yang berbeda digunaka reducer coupling
(misalnya 7/8” x ¾ “ )
Ukuran Sucker Rod dapat dilihat pada tabel,
Untuk desain dari harga maksimum tekanan kerja (working stress).
Sucker rod mempunyai working stress 30.000
psi untuk klas C, dan 35.000 psi untuk klas D.
DIMENSI
POLISHED ROD
Diameter
nominal (in)
|
Panjang
(ft)
|
Diameter
pin-pin
(in)
|
Diameter
Sucker Rod yang sesuai. (in)
|
1
1 1/8
1 ¼
1 ½
|
8, 11, 16
8, 11, 16, 22
11, 16, 22
16, 22
|
¾
15/16,
1 1/16
1 3/16
1 3/8
|
½
5/8,
¾
7/8
1
|
Dalam perencanaan sucker rod dipilih rod yang ringan, yang berarti rod yang
paling ekonomis tanpa mengakibatkan kelebihan stress pada rod.
Rod yang digunakan tidak harus selalu sama diameternya, tetapi dirangkai
(dikombinasi) dimana rod yang berdiameter paling kecil dirangkai pada bagian
paling bawah. Kombinasi rangkaian ini disebut tappered rod
string. Sedangkan apabila menggunakan satu macam rangkaian saja
disebut untappered rod string.
4. Pony Rod
Pony rod
adalah batang baja, sama seperti sucker rod tetapi mempunyai
panjang yang lebih pendek. Pony rodberfungsi untuk menyesuaikan
panjang rangkaian sucker rod yang dibutuhkan sesuai dengan kedalaman
pompa bawah permukaan. Ukuran pony rod sama dengan ukuran sucker rod .
Panjang pony rod mulai dari
1 1/3’, 2’, 3’, 4’, 6’, 8’, 10’ dan 12 feet.
5. Tubing
Seperti
pada umumnya sumur minyak, tubing merupakan media alir fluida formasi dari
dasar sumur ke permukaan. Pada sumur minyak dengan metoda pengangkatan buatan
menggunakan Sucker Rod Pump, tubing berfungsi pula sebagai tempat
menggantungkan pompa dengan jenis Tubing Type.
Panjang tubing menurut standar API terbagi
dalam dua range, yaitu:
- Range I , panjang 20 – 24 feet
- Range II, panjang 28 –
32 feet
Jenis sambungan tubing : API
Non Upset, API External Upset, Atlas Bradford, VAM.
Sedangkan Ukuran tubing menurut API (OD): 2
3/8”, 2 7/8”, 3 ½”, 4”, 4 ½”.
Grade tubing : F.25, H.40, J.55,
C.75, N.80, P.105.
3. OPERASI PUMPING UNIT.
A. Prosedur Menghidupkan
Pemeriksaan
sebelum start
a. Periksa V-belt kalau
longgar atau putus, dll.
b. Periksa polished rod,
kemungkinan rusak atau kasar permukaannya
c. Periksa baut-baut fondasi atau tie down kalau
ada yang longgar
d. Periksa level minyak pelumas dalam gear box dan grease untuk
semua bearing yang ada
e. Periksa semua valve mulai dari wellhead sampai ke stasiun
apakah sudah terbuka.
f. Pasang pressure gauge yang baik untuk mengetahui well
pressure.
g. Periksa keseluruhan unit
termasuk bridle yang hampir putus.
Prosedur Start
a. Lepaskan brake hubungan
prime mover dengan gear reducer
b. Hidupkan mesin kalau
prime mover-nya menggunakan mesin.
c. Lepaskan rem dan masukkan
hubungan pumping unit dengan mesin.
d. Atur kecepatan mesin
sehingga sesuai dengan SPM yang diinginkan. Kalau memakai electric motor,
maka untuk mengatur SPM adalah dengan mengganti pulley (driving sheave) pada
motor.
e. Atur kekerasan stuffing
box sehingga jangan terlalu ketat agar ada sedikit kebocoran untuk pelumas.
f. Periksa dan dengarkan
betul-betul keseluruhan pumping unit apakah ada baut-baut yang longgar, bunyi
yang tidak wajar, terutama pada bearing-bearing dan gear box.
g. Periksa apakah well
atau pompa ada memompa atau tidak.
h. Periksa keadaan
polished rod apakah ada line-up atau tidak.
B. Pemeriksaan rutin
sehari-hari/Trouble shooting.
a. Periksa rate pemompaan
kalau berkurang coba cari apa penyebabnya.
b. Dengarkan bunyi prime
mover yang seharusnya sama pada waktu up-stroke dengan down-stroke.
c. Periksa stuffing box
apakah terlalu ketat atau longgar.
d. Fondasi longgar, pumping
unit bergetar dan bunyi-bunyi yang asing pada pumping unit itu sendiri.
e. Periksa valve casing apakah
seharusnya terbuka atau tertutup.
f. Apakah semua bearing yang
ada pada pumping unit diberi grease atau dilumasi menurut yang seharusnya atau
tidak.
g. Periksa load motor apakah seimbang sewaktu
up-stroke dengan down-stroke.
3. Sucker Rod Pumping Problems
Problem-problem yang sering
dijumpai pada sucker rod pumping sehingga ia kurang atau tidak memompa sama
sekali :
1. Travelling valve bocor.
Pada waktu up-stroke
traveling valve tidak menutup rapat dan fulida kembali
turun.
2. Standing valve bocor
Pada waktu down-stroke
standing valve tidak menutup rapat dan fluida kembali ke wellbore.
3. Plunger rusak atau aus, sehingga fluid yang slip diantara plunger
dan pump barrel menjadi banyak,sebagian minyak turun melalui celah-celah antara
plunger dan tubing ketika plunger bergerak keatas.
4. Working barrel aus.
Menyebabkan fluida
bocor melalui celah antara plunger dan barrel
5. Tubing bocor:
Fluida akan keluar memasuki
ruangan casing.
6. Gas yang terkurung dalam
pump barrel (gas lock).
Pada waktu up stroke ,fluida masuk
kepump barrel kemudian gas keluar dari fluida ,
sehingga terdapat gas dalam barrel.
Pada Down Stroke,gas yang berada
dibawah plunger terkompres dan traveling valve tidak
terbuka, sehingga fluida tidak masuk kepump barrel karena adanya gas yang
terkurung dan tekanan dibawah plunger tidak sanggup membuka traveling valve.
Pada waktu upstroke gas dalam barrel ekspansi, sehingga fuida dibawah standing
valve tidak dapat membuka standing valve.
7. Gas pound
Ketika pompa bergerak keatas ( up stroke ) fluida akan mengisi
barrel dan tidak menyentuh bagian bawah plunger, akan terdapat ruangan kosong
dan akan diisi oleh gas. Ketika pompa kembali bergerak kebawah ( down stroke
),gas akan terkompresi, sehingga gas tersebut mampu mendorong traveling
valve ( membuka) secara perlahan,(seharusnya terbuka penuh oleh fluida ) atau
adanya permukaan fluida yang terisi oleh foaming (busa ) kejadian tersebut
dinamakan gas pound.
8. Fluid pounding
Pump barrel tidak terisi penuh sewaktu pompa up-stroke, sewaktu
pompa kemballi pada langkah down-stroke, ujung plunger membentur permukaan
fluida dengan cepat dan terjadilah suara benturan yang kuat.
9. Sucker rod putus
Sucker rod putus
kebanyakan gesekan antara rod string dengan tubing.
Untuk menghindari sucker rod putus biasanya dipasang sucker rod
guide pada daerah yang sering putus, sehingga yang aus akibat gesekan dengan
tubing adalah sucker rod guide nya.
10. Valve bocor
Baik standing valve maupun traveling sering
bocor pada umumnya disebabkan aus karena pasir atau kemakan aliran gas.
11. Scale dan paraffin deposite
Scale atau endapan parafin
dapat menyebabkan pompa stuck (macet) karena terjepit scale atau paraffin.
12. Sanded up
Pompa bergerak keatas / up-stroke dimana
fluida membawa pasir dan mengisi pump barrel sehingga terjadi penyempitan
antara plunger dan pump barrel yang mana dapat menjadi plunger terjepit dan
tidak dapat bergerak.
13. Pump stuck pada umunya:
a) Adanya pasir/gravel yang terbawa
dari runtuhan formasi sehingga mengisi celah dari plunger.
b) Temperature sumur yang terlampau tinggi maka
terjadilah pemuaian pada plunger dan barrel pump,dimana muai plunger
lebih besar dari muai barrel shingga plunger tidak dapat bergerak bebas (
terjepit ).
Sebaliknya jika muai barrel
lebih besar dari plunger menyebab terjadi kebocoran, sehingga efisiensi pompa
menurun.
c) Adanya scale atau paraffin.

Komentar
Posting Komentar